Selamat Jalan Andeh.
Karya :
Syafrina, S.Pd.SD
Ketika saya berada di dalam kelas,
ada seorang teman sesame guru memanggil. Dia mengatakan bahwa ibu saya
meninggal. Saya terkejut karena saya mengira ia meninggal itu adalah ibu
kandung saya. Nyawa saya terasa terbang melayang entah kemana. Rasanya kani ini
tidak lagi berpijak di bumi.
Teman saya tak kalah kagetnya ketika
melihat saya tertegun. Ternyata yang meninggal itu adalah adik kandung
ayah yang biasa saya panggil andeh.
Panggilan populer di daerah saya.
Ayah hanya dua orang bersaudara.
Beliau sudah meninggal sejak tahun 1997 ketika berumur 59 tahun, tepatnya saat
saya masih duduk di kelas III SMK. Sekarang adik beliau menyusul setelah
menjalani kehidupan di dunia ini selama 80 tahun.
Saya minta
izin kepada siswa di kelas.
“Anak-anak,
ibu sekarang harus pulang, ada keluarga ibu meninggal. Kalian baik-baiklah di
sini. Janganlah berkelahi kalau kalian merasa sayang sama ibu.”
“Ya,
Bu. Kami akan baik-baik saja.”
Saya
izin kepada Kepala Sekolah dan minta teman mengantar menggunakan sepeda motor.
Saya
langsung ke rumah duka. Belum banyak yang datang. Rupanya andeh sudah
selesai dimandikan . Anggota keluarga sibuk mengurusi jenazah.
Saya
diminta menelepon kerabat dekat yang belum sempat dihubungi. Ada sebagian yang
tidak mengangkat teleponnya.
Banyak
yang terkejut karena kematian mendadak ini. Proses pemakaman sempat tertunda
sebentar karena menunggu su bungsu dari Padang.
Bagaimana
dengan saya ? Sulit bagi saya menahan mendung ini. Tapi saya harus kuat. Kalau
saya menangis, khawatir akan merubah suasana semakin terpuruk. Barulah malamnya
ketika sampai di rumah, pertahanan ini meruntuh. Tangis yang tertahan sejak
pagi lepas sudah. Tumpah.
Saya
membantu sebisanya. Waktu makan siang sudah tiba. Pergi ke rumah tetangga.
Bukan karena tradisi, tapi karena di sini tidak ada penjual makanan. Ada
kerabat yang sudah lapar tidak bisa pulang ke rumahnya yang jauh, sedangkan
pemakaman belum selesai. bersama family yang lain saya menyediakan ai panas untuk
minum kopi atau teh. Juga memasak nasi dan lauknya untuk makan siang.
Saya
tidak ikut memandikan, tapi ikut shalat jenazah. Alangkah mirisnya saat beliau
diusung kepemakaman.
Pukul
16.30 barulah jenazah selesai dimakamkan. Kami pulang ke rumah duka dengan air
mata tertahan. Ada juga yang meneteskan airmata, tapi saya yakin semua akan
baik-baik saja.
Selamat
jalan andeh.
Semoga
Allah menerima setiap amalan andeh.
Mengampuni
andeh
Dan
Menempatkan
andeh di syurga-Nya.
Amin.
Solok,
1 April 2021
Syafrina,
S.Pd.SD
GuGuruSyafrina.blogspot.com
2 Komentar
Innalilahi wainnailaihi rojiun
BalasHapusInnalilahi wainnailaihi rojiun, ikut berduka semoga keluarga yang ditinggal dapat mengiklaskan... dan almarhumah dapat tenang dialam kubur...Aamiin...
BalasHapusBerkomentarlah dengan bijak