Resume
ke 9
Senin,
16 Maret 2020
Oleh :
Syafrina, S.Pd.SD
Media pembelajaran Daring Yang Cocok Untuk Sekolah,
Guru dan Peserta Didik
Pembelajaran secara online memang
dibutuhkan akhir-akhir ini. tidak bisa dipungkiri, kita semua seolah wajib
untuk mengikutinya. Namun tidak semua mengganggap pembelajaran daring ini
merupakan suatu keuntungan, ada pula yang menganggap sebagai tantangan. Karena
tidak semua guru yang mampu untuk melaksanakan pembelajaran daring karena gagap
teknologi. Umumnya dirasakan oleh guru yang sudah terlampau lama mengajar
sehingga masih mengedepankan metode pembelajaran tradisional.
Termasuk saya dari pelosok Sumatera
Barat, yang daerah saya baru saja berkembang. Belajat menggunakan ICT masih
dianggap tabu. Jangankan pakai HP, membawa laptop saja ke kelas untuk kebutuhan
proyektor saja, malah dianggap main laptop, walaupun mereka melihat ada layar
lebar menyala.
Seorang
peserta dari NTT bertanya kepada saya, “Selamat malam Bapak, sekolah saya di
pelosok , listrik hanya menyala pada malam hari. Untuk jaringan internet juga
tidak stabil. Pembelajaran dalam jaringan. Mudah-mudahan bisa kami lakukan jika
kondisi listrik sudah 24 jam, atau sinyal internet sudah stabil plus ada
bantuankomputer atau minimal tablet lah dari pemerintah
Apa
yang bisa kami lakukan ? silahkan anda berkomentar dan memberikan pendapat bila
anda berada dalam kondisi seperti itu.
Berdasarkan fakta di atas, timbullah
sebuah pertanyaan dari salah seorang guru peserta NTT yaitu :
“Selamat malam, Bapak. Sekolah saya
di pelosok. Listrik hanya menyala pada malam hari. Untuk jaringan internet juga
tidak stabil. Pembelajaran dalam jaringan mudah-mudahan bisa kami lakukan jika
listrik sudah 24 jam, atau sinyal internet sudah stabil plus ada bantuan
computer atau minimal tablet lah dari pemerintah. Apa yang bisa kami lakukan ?”
Silahkan anda berkomentar dan
memberikan pendapat anda bila anda berada dalam kondisi seperti itu !
Apa ? Saya saja tidak bisa online
kok mau berkomentar. Ya sudah, di sekolah ada jaringan. Kan di atas bukit. Ada
sih pemancar, tapi sinyalnya tidak sampai ke rumah. Pas menyentuh HP ternyata
sudah 500-an pesan yang masuk dari berbagai sumber.
Ternyata anggota yang aktif menjawab
sesuai dengan versinya masing-masing, seperti di bawah ini :
1. Menurut
saya tidak perlu dipaksakan pembelajaran online kalau keadaan tidak
memungkinkan. Kasih penugasan rumah saja. Kumpulkan saat masuk sekolah. Mungkin
begitu pendapat saya.
2. Focus
pada kesehatan, mendukung sepenuhnya program pemerintah tentang Corona.
3. Belajar
sesedarnya saja, tidak perlu terlalu dikendalikan. Beri siswa kebebasanuntuk
belajar dengan caranya sendiri.
4. Siapkan
amplop-amplop materi, serahkan pada orangtuanya. Berikan satu amplop satu hari
tentang materi tersebut dan jadikan projejeck.
5. Pembelajarannya
jaga kesehatan, membuat laporan portofolio, menuliskan menurut bahasa siswa materi yang telah dibaca, membuat mind map
bacaan, apa pun bisa siswa berikan tugas.dikumpulkan pas ketemu. Apabila taka
da sarana listrik. Pas ol infokan ke siswa.
6. Membuat
laporan diari setiap hari di kertas hvs tanggal 14-31 tentang apa yang
dipelajari di rumah.
7. Selama
14 hari aplikasi merdeka belajar bisa dibuat inovasi. Inobel 2020. Waauu
8. Saya
teringat materi dari kepala pusat bahasa Gorontalo. Biarkan anak menulis sudah
tentu nilainya 100 karena memberi arti bahwa dia banyak membaca.
9. Nggak
kebayang, soalnya saya sendiri mbooos kuota, kebayang kalau gitu, gimana
caranya ya ? Pakai pinisi edubox ?
10. Saya
akan perjuangkan sapras terebut ada didaerah saya, listrik melaluiPLN atau
kementrian ESDM, minimal tenaga surya, untuk internet akan diupayakan antenna
satelit. Demikian jawaban sementara Om Jai.
11. Itu
tantangan untuk menciptakan sumber listrikmandiri dari tenaga surya (jangka
panjang, ngga bisa instan).
12. Menurut
pendapat saya,kita tidak usah memaksakan diriuntuk melakukanpembelajaran daring
bila belum siap. Bak itu dari sarananya (listrik, alat-alat TIK dan jaringan),
dan belum siap karena kompetensi guru dalam penggunaan TIK masih terbatas.
Pembelajaran daring adalah salah satu opsi, bukan satu-satunya.
13. Pembelajarannya
jaga kesehatan. Membuat laporan portofolio menuliskan menurut bahasa siswa
mteri yang elah dibaca. Dibuat mind map bacaan. Apa pun bisa siswa berikan
tugas. Dikumpulkan pas ketemu. Apabila taka da sarana listrik. Pas ol infokan
ke siswa.
14. Membuat
laporan diari setiap hari di kertas hvs. Tanggal 14-31 tentang apa uang
dipelajari di rumah.
15. Menurut
saya untuk kebutuhan listrik memang berat. Kecuali sudah ada alternative sumber
energy yang tidak tegantung pada pemerintah. Pernah kihat di TV ada wanita
pelopor energy alternative yang keliling dunia. Untuk tablet sebetulnya bisa
menggunakan dana bantuan pemerintah ynag tahun ini menaikkan nominalnya. Tentu
saja setelah pembiayaan guru honorer sudah terpenuhi secara optimal dan
maksimal. Dengan catatan tidak ada lagi sulap menyulap SPJ ataupun mark up
anggaran/pembelanjaan.
16. Satu
lagi om. Gunakan wifi tanpa jaringan internet.
17. Bisa
juga dengan metode kayak kita sekarang di group ini. kita menggunakan WA group.
18. Beli
gingset untuk solusi msalah listrik.
19. Usul
sapras surya panel, lebih ekonomis, rakit sendiri, lihat di youtube.
20. Tidak
semua anak di sekolah saya yang orang tuanya memegang HP android. Jadi ketika
sekarang ada libur 2 minggu saya kasih tugas tiap hari lewat WA dengan
mencantumkan hari dan tanggal dan meminta tolong agar temannya memberitahukan
teman yang tidak punya HP tersebut. Tugas tentunya materi yang sudah
dipelajari.
21. Betul.
Kami yang di pelosok neberi belum ada apa-apa. Tahun lalu sudah ada BOS
afirmasi tapi sampai saat ini belum ada info BOS afirmasi cair atau dananya
dikembalikan.
22. Atau
temui Pemerintah Kabupaten, OPD, Kominfo, ESDM, PLN. Minta saran terbaik dari
para ahli di sana, saran yang lengkap dan bisa diwujudkan, agar PBM yang
diharapkan bisa terselenggara..
23. Anak
menulis pakai buku tulis yang ada, biarkan mereka berkarya, apapun tulisan
mereka beri penghargaan, berikutnya akan lebih bagus lagi.
24. Atau
hubungi saya untuk konsultasi perihal solusinya…hehehehe… izin ya Om jika ada
yang mau ngambil nomor ini… Ari Yuanda.
25. Menurut
saya teteptidak efektif, apalagi medianya hanya menggunakan chat WhatApp, karna
konsentrasi anak akan jauh berbeda dengan ketika tatap muka.
26. Peran
guru sangat diharapkan. Karena internet hanya malam, satu materi yang akan
diajarkan didownloud dulu. Jadi ketika di kelas sudah bisa disampaikan secara
offline.
27. Pembelajaran
secara online. Karena internet hanya malam. Kita bisa pembelajaran secara
online malam hari. Itulah kemudahan teknologi yang taka da lagi batasan waktu
dan jarak. Semua bisa dikafer. Tergantung kreatifitas dan bagaimana kita
menyikapi sebuah kekurangan.
28. Ajukan
proposal untuk program CSR ke beberapa perusahaan, ada beberapa yang mau
support full tentang peningkatan fasilitas sekolah, bahkan sampai proses
penjaminan mutu sekolah.
29. Jika
sarana pendukung (listrik, koneksi internet, computer/laptop) sudah siap,
langkah selanjutnyaadalah mempersiapkan guru-guru yang akanmenyampaikan materi
secara daring. Komunikasikan media apa yang cocok digunakan. Apakah pakai
aplikasi e-learning yang sudah ada atau media lain yang dirasa mudah
diterapkan.
30. Pembelajaran
dalam jaringan saat ini sangat penting diterapkan. Terutama untuk
situasi-situasi tertentu.
31. Buat
form lembaran tugas, ala agenda Ramadhan, bagikan kepada siswa, jika tidak ada
perangkat.
32. Hal
yang saya lakukan mengaajukan proposal untuk mohon bantuan kepada pemerintah
minimal dinas pendidikan untuk ikut membantu demi kemajuan pendidikan dan
berkualitas.
33. Siswa
bisa belajar computational thinking.
34. Materinya
ada di buku yang diterbitkan penerbit ANDI Yokyakarta.
35. Saya
setuju sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untukpembelajaran daring, apalagi
daerah yang belum terjangkau internet perlu dipersiapkan oleh
pemerintah/masyarakatnya terlebih dahulu.
36. Mkasih
kesempatannya Om. J. menurut pengamatan dan pengalaman lama, ada tiga cara yang
dapat ditempuh : 1. Japen, 2 Jamen dan 3. Japang.
a. Japen
: libatkan pemuka kampong/ masy
kaya dengan infak wajib 1 HP untuk mendanai satu rumah warganya yang sekolah.
b. Jamen : Dengan
menjalankan sumbangan sukarela ke perantau Maluku di luar daerah perkumpulannya.
c. Japang : Jangka
panjang, pemberdayaan warga kampong sendiri dengan system simpanan bajapuik
berupa beras genggam atau uang recehan, digabung perpekan lalu dibelikan HP
dengan system arisan. Cara pertama telah dilakukan oleh pemuka masyarakat
Pandan Gadang Suliki disaat membiayai kuliahnya Tan Malaka Ke Belanda, atas
usul BU Horensma, nama yayasan itu Engkufonds.
37. Apakah
siswa sebagian besar punya HP ?
a. Jika
Ya : Berikan tugas membuat vlog 5 menit
apa saja yang mereka pelajari sesuai materi perhari. Bentuk tugas bisa
individu/kelompok. File video dikumpulkan ketika masuk sekolah.
b. Jika
Tidak : siswa diminta mengumpulkan
resume/mind mapping materi per hari di selembar kertas/di buku catatannya.
38. Saya
mencoba menceritakan pembelajaran yang digagas sekolah TK anak saya :
sekalipun di tempat kami berada saat ini listrik dan jaringan cukup
baik, namun kondisi ekonomi yang beragam membuat pembelajaran daring sulit untuk dilakukan. Solusi dari sekolah adalah
memberikan certak tugas kepada orangtua, dan orangtua diminta bekerja sama
mengatur ritme belajar siswa. Demikian pengalaman yang saya peroleh dari
sekolah anak saya.
39. Di
tempat saya banyak sekolah SDF, SMP dan SMA yang tidak terjangkau oleh sinyal
internet dan listrik. Tetapi ditahun 2019 mereka juga bisa melaksanakan UNBK.
Dengan adanya kontrak pemda dengan PLN dan TELKOMSEL. Daeraah saya Balangan
kaya dengan tambang batubara.
40. Ini
Om Jai, contoh dedikasi guru tanpa sinyal. Nyari sinyal sampai pinggir laut.
41. Kalau
menurut saya, kita harus memperhatikan karakteristik siswa. Contohnya di
sekolah saya tidak semua siswa punya HP. Kadang ada yang punya HP namun paket
datanyya tidak ada. Karena perekonomian kita yang berbeda.
42. Kita
tidak bisa memaksakan satu metode ke semua siswa. Dan juga kita harus bersikap
adil.
43. Apalagi
mengingat hanya diliburkan selama 2 minggu.kurang lebih kita hanya kehilangan
2-3 kali pertemuan. Biarlah siswa belajar dengan cara mereka sendiri. Cukup
hanya dengan pemberian tugas/pr untuk memperdalam materi yang telah lalu.
44. Kalau
di SD, libur 2 minggau, berarti guru kelas kehilangan 12 pembelajaran (karena 1
hari 1 pembelajaran)
45. Menurut
saya, cara yang paling efektif adalah dengan membuat kumpulan lembar kerja
peserta didik untuk setiap harinya. Karena pengalaman setelh hari itu
mengadakan kelas virtual masih ada beberapa siswa dan orangtua yang belum
memberikan perhatian terhadap tugas online yang diberikan.
46. Saya
Kab. Balangan. Kalsel. Kabupaten baru diresmikan. Dekat dengan wacana ibukota
pindah. Itu sekitar 40 km dari tempat saya. Di tempat saya masih banyak
masyarakatnya yang tidak tersentuh dengan pendidikan. Aparat dan pegawainya
rata-rata pendatang. Bahkan hamper sama 80 % dari jiwa.
47. Kebetulan
di tempat kami jaringan internet lumayan stabil tapi sarana tidak memadai.
Tidak semua wali murid pnya HP. Jadi untuk pembelajaran daring ada kesulitan.
Solusi yang kita ambil memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
48. Menurut
saya, saya juga mengajar di daerah yang jaringan boleh dikatakan tidak ada. Hal
yang saya lakukan adalah bekejasama dengan orangtua. Meminta orangtua memantau
anaknya dalam belajar. Buku belajar saya berikan ke nak, setiap hari anak
menulis informasi yang penting ynag terdapat pada bacaan yang dibacanya dengn
bahasa sendiri. Sehingga 12 hari libur berarti siswa tetap belajar. Namun
setiap hari kita control orangtua dengannelpon dan sms. Karena ada sebagian
orangtua HP nya tidak ada WA, memang butuh usaha dan pengorbanan. Nanti kalau
sudah sekolah, kita lihat semua tugas siswa, mana yang rasanya kurang dipahami
anak, itu yang kita diskusikan.
49. Menurut
say, guru merencanakan dulu tugas yang akan diberikan. Dan di share lewat WA.
Jika tidak punya HP beritahu teman yang rumahnya dekat (sebagai pendidikan
karakter). Peserta didik mengerjaan tugas, dan dikumpulkan jik sudah masuk
sekolah. Jika listrik tidak ada. Datang ke tetangga terdekat. Dan minta
izinyang punya listrik dan jaringa Wifi. Untuk menyelesaikan tugas. Karen
ekonomi peserta didik berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
50. Hmmm…
iya bu, saya lupa mempertimbangkan yang SD. Walaupun demikian menurut saya juga
tidak perlu dipaksakan mereka untuk belajar, apalagi masih SD, menurut
perkembangannya memang masa-masa mereka sangat gemar untuk bermain, apakah
efektif jika digunakan metode daring ke mereka ?
51. Kalau
di saya tidak efektif. Karena gurunya saja tidak paham tentang pembelajaran
daring. Sekali pun pakai WA, apalagi siswanya. Latar belakang orang tua
sebagian besar petani. Yang punya HP android dalamsatu kelas, paling 2 atau 3
orang tua. Anak tidak punya sama sekali.
52. Anak
didik bekerja sesuai denga hobinya permapel dalam bentuk karya keterampilan
jadi dalam bentuk laporan tertulis sederhna langkah kerjanya.
53. Iya,
kalo daring tidak bisa dilakukan di daerah terpencil seperti sekolah saya.
Orang tua ajja banyak yang gak ada android. Yang ada hanya tulalit.
54. Metode
daringnya lewat WA saya, diberi tugas orang tuanya juga ikut menyimak dn
membimbing, kalau anak sudah menyelesaikan tugas dari guru, orang tua langsung
menandatangani.
55. Di
daerah saya,kebanyakan buku siswa tidak dibawa pulang oleh siswa. Ada beberapa
pertimbangn khusus. Termasuk raport juga. Disimpan di sekolah.
56. Belajar
sambil bermain saya rasa masih efektif untuk anak di tingkat Sekolah Dasar.
57. Betul
Pk naf. Kalau saya sengaja ngasih tugasnya lewat WA. Biar oran tuanya juga ikut
berpartisipasi karena tugas saya usahakan tiap hari, sejauh ini walau masih
satu hari orang tua selalu erspon dan menyetor hasil tugas anaknya, tentunya
ada tanda tangan ortunya, semoga lancer sampai dua minggu ke depan. Dan ketika
nanti masuk tugas anak-anak lengkap.
58. Klau
di sekolah saya juga sama Om Jai meski sekolah unggulan, pavorit. Dsb.
Sebutannya sekarang ga ada karena zonasi.
59. Anak-anak
tidak semua punya HP. Karen zonasi, jadi guru harus pinter menyesuaikan kondisi
peserta didik.
60. Nah,
dari tadi kita breefing antara kepsek, guru dan seluruh karyawan dalam rangka
menyikapi kebijakan pemerintah. Khususnya wilayah kami.
61. Nah,
denga situasi yang mendadak dan tidak semua pakai gadget, WA dan medsos yang
bisa berpetualang di dunia maya. Maka bapak kepsek dan kesepakatan bersama.
62. Semua
guru saat iru lagsung saat itu membuat penugasan yang bersifat pembelajaran dan
bisa dikerjakan di rumah masing-masing peserta didik, tanpa harus keluar rumh.
63. Semua
tugas yang berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran selama libur, dan
sesuai dengan jumlah jam mengajar.. pembelajaran yang dilakukan ditulis atau
diketik kemudian diserahkan kepada kurikulum.
64. Kurikulum
setelah terkumpul semua rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru, untuk
pembelajaran di rumah tersebut kemudian di share ke wali kelas. Wali kelas
menjelaskan dan mengiformasikan k peserta didik, juga kepada wali murid di
kelasnya.
65. Tugas
dan materi pembelajaran yang diberikan, boleh di rumah, bila telah selesai bisa
langsung dikirim ke guru jika punya medsos. Lewat WhatsApp misalnya.
66. Hari
ini saya sudah menerima banyak sekali tuga anak-anak yang telah selesai
dipelajari dan dikerjakan. Ternyata tidak serumit yang ditayangkan. Anak-anak
juga mudah memahami kondisi yang ada.
67. Semoga
sedikit memberi solusi bagi yang tidak punya internet.
Itulah
jawaban dari beberapa anggota. Sekarang tinggal dipilih mana yang sesuai denga
kondisi sekolah kita. Inilah yang disebut dengan merdeka belajar. Gunakan
teknologi yang ada tidak perlu harus canggih dan terbaru. Teknologi yang ada di
depan mata kita, bisa dikembangkan walaupun tanpa koneksi internet. Semoga para
pendidik di Indonesia mampu brsaing secara global dan tak pernah melupakan
hakikat guru yang sesungguhnya.
Solok,
17 Maret 2020
SYAFRINA,
S.Pd.SD
https://bugurusyafrina.blogger.com
0 Komentar
Berkomentarlah dengan bijak