Worksop Menulis Bersama Om
Jay
Hari/Tanggal : Jum’at / 6 Maret 2020
Tema : Menulis Setiap Hari di Media Sosial dan
Terbitkan Buku yang Menarik
Narasumber : Dudung Nasrullah Koswara (DNK)
Resume : III
Selamat
pagi wahai pembaca kekasih Allah.
Semalam
dilanjutkan dengan materi baru, seperti
biasa HP saya letakkan di atas lemari, menunggu kalau-kalau ada sinyal lewat
dibawa angin. Kemudian aku tidur. Harapan dan impian tetap saja menanti uluran
tangan pemerintah dan unsur terkait agar diberikan kelancaran jaringan, agar
kami juga bisa menikmati dunia maya seperti kebanyakan orang.
Dikesempatan
pagi ini saya melakukan rooling, membaca uraian diskusi yang sangat meriah dan
antusias semalam. Andai aku bisa bergabung, tentu sangat senang bisa langsung
interaksi dengan sang idola, Pak Dudung Nasrullah Koswara (DNK).
Dan
inilah motivasi dari Pak Dudung :
“Assalamualaikun, saya DNK siap bertukar pikiran
terkait menulis. Bagi saya pribadi, mengapa saya menulis ?
1.
Menulis
itu mengalirkan perspektif kita tentang sesuatu. Mengasah artikulasi tentang
suatu hal. Menulis tidak harus baik namun setidaknya kita dapat melihat sejauh
mana kebodohan bahkan potensi kita dalam nenulis. Narasi yang kita tulis adalah
cerminan Literatif kita.
2.
Menulis
itu bisa menjadi ekspresi perlawanan kita tentang sesuatu yang menurut kita tak
adil atau ada ketidakadilan. Penulis adalah ksatria pembela kebenaran,
pedangnya adalah pena atau jarinya.
3.
Penulis
itu narcis literatif. Kalau kita hanya selfie-selfie saja, semua orang juga
bisa. Anak SD juga ahli, namun menulis itu sangat seksi, mengapa ? Karena
menulis itu hal yang gampang tapi dianggap sulit. Ini anggapan sesat yang
menyebabkan ribuan orang yang tak menulis.”
Tulisan Pak Dudung membela guru di Sleman juga turut
mengangkat NTT. Kita bangga dengan Pak Dudung. Kita manfaatkan momentum dan
emosi kehormatan guru. Walau pun kita dihujat oleh ratusan orang. Tentu dalam
tekanan juga ada resiko, kita sepakat dengan dukungan guru, prioritas adalah
serangan udara bagi oknum penyidik dan siapa pun yang lecehkan guru. Literasi
pembelaan ….
Menulis adalah bela diri, bukan pencak silat atau
senjata tajam untuk bela diri dan profesi, tulisan lebih jleb. Kalau ada yang
nggak suka, tersinggung atau tersentuh bagus, artinya kita sudah mulai ada
konsumen. Dengan adanya blog ddan
medsos memudahkan untuk menulis
dan memungkinkan dibaca banyak orang hingga viral.
Selama tidak SARA dan menghina personal plus data
lengkap, maju terus pantang mundur. Ubah diksi dan narasi lebih umum dan
personaliza. Tapi daripada tidak menulis, tulis saja selebay apapun.
Materi tersebut sangat memacu semangat saya dalam
menulis. Awalnya saya takut-takut kalau ada yang tersinggung. Tapi kini
semuanya sudah jelas dan saya tidak akan ragu lagi. Membela diri dengan kebenaran.
Saya siap menentang ketidakadilan yang sering saya alami.
Ucapan terimakasih kepada Pak DNK yang telah
memotivasi saya. Beliau tak segan-segan menghubungi saya melalui whatsApp.
Terus terang saya kaget. Setelah dicari di Googlee ternyata beliau adalah Ketua
PGRI Pusat. Saya jadi malu.. Sangat maluuu…..
Solok, 7 Maret 2010
Syafrina
https://bugurusyafrina.blogger.com
0 Komentar
Berkomentarlah dengan bijak