Karya : Syafrina, S.Pd.SD
Penantian panjang menuju seorang penulis penggiat
literasi. Lima tahun lebih menjadi guru honorer dengan bayaran alakadarnya.
Banyak diantara penduduk yang memandang negative perjuanganku. Buat apa honor
kalau hanya menambah lelah saja.
Ada juga yang pura-pura bertanya tentang lulusnya aku
menjadi PNS. Jika disapa baik-baik, aku bisa terima. Tapi mereka tak sopan sama
sekali. Namun aku tak peduli. Kuliah D2 PGSD kujalani walaupun ijazahnya sempat
bermasalah.
Tekat dan semangat yang kegigihan seiring usaha dan
do’a dalam sujud panjang menghiasai pertigaan malam sebelum subuh. Ikhtiar dan
tekad yang bulat mengapai cita-cita yang kurintis sejak SD.
Tak peduli apapun rintangan yang kuhadapi. Persoalan
makan atau tidak, berpakaian yang sama
hanya bergatian 3 stel pakaian yang satu dipakai menunggu yang lainnya
kering dijemuran. Allah. Jadikanlah perjuangan dalam kepahitan ini berbuah
manis.
Sendirian di
rantau orang yang dikelilingi hutan sawit dan hutan heterogen tempatku berjuang
menuntut ilmu. Seandainya disuruh kembali kemasa itu, jelas aku tak sangggup.
Tapi Allah Maha pengasih dan Maha Pemberi Rahmad sehingga aku bisa melewati
semua.
Sekarang aku bangga berada berada ditengah-tengah guru
penulis Kabupaten Solok. Sebagai
penggiat literasi mempunyai tantangan tersendiri. Aku harus mengikuti setiap
pelatihan jika tidak ingin tertinggal.
Terasa banyak yang kurang setelah kita pelajari.
Pengorbanan sangat dibutuhkan. Aku tidak
segan-segan merogoh saku untuk membeli buku-buku tentang toeri kepenulisan. Tak
ketinggalan buku-buku fiksi dari penulis kondang tanah air.
Malam begitu panjang.
Seringkali terbangun. Sorenya aku sudah wanti-wanti sama ayang-bebeb
bahwa akan berangkat setelah shalat
subuh.
Perjalanan dari Labuah Panjang menuju Alahan Panjang
dengan cuaca ekstrim membutuhkan waktu kira-kira 4 jam. Kalau kita bangun
kesiangan, dia harus antarkan saya pakai
motor.
Ciut juga nyalinya mendengar gertakanku. Terbayang
perjalanan jauh dimusim hujan dan cuaca dingin. Bergantian kami terbangun
menjaga waktu. Tepat pukul 04.00 alarm HP berdering.
Setelah shalat subuh kami berangkat. Anak-anak sudah
dititipkan ke rumah neneknya sejak siang kemarin. Kami datang lebih cepat, mendahului mobil yang
akan mengangkut ke Talang Babungo, Alahan Panjang.
Perjalanan terasa jauh karena pengalaman pertama kali.
Melewati jalan yang berliku dan berbagai macam kebun sayur. Hamparan kebun teh bagaikan permadani yang terbentang hijau.
Sampailah kami di SDN 09 Talang Babungo tempat
pelatihan diadakan. Mengangkat tema
“Penyusunan Buku Ajar dan Buku Pengayaan, bersama KSM, KOGTIK dan K3S
Hiliran Gumanti.” Kami diantar panitia menuju homestay yang agak jauh dari
lokasi. Walaupun agak jauh tapi mempunyai keasyikan tersendiri.
Melewati tempat pengilangan tebu sebagai proses pembuatan
gula. Banyak ladang tebu dipinggir jalan. Konon khabarnya dulu daerah ini
penghasil gula terbanyak di Sumatera. Gula tebu berkualitas terbaik dijual
lokal sampai ke daerah Jawa.
Melihat keindahan alamnya, cocok dengan namanya “Talang
Babungo.” Bunga berwarna-warni terpajang indah disepanjang jalan dan di halaman
rumah warga. Sepanjang jalan ditepi kebun tebu terdapat bunga berwarna-warni.
Halaman rumah tertata rapi dan indah. Kami diberikan berbagai macam bunga
piladang sebagai kenang-kenangan yang akhirnya ditanam di perkarangan sekolah.
Selain penghasil gula tebu, di sini juga penghasil
gula aren. Kulihat ada pohon aren yang tegak berdiri kokoh di ladang warga.
Ternyata cara menyadap aren sama dengan cara ayahku menyadap dulu. Sayang, kami
tidak menemukan penyadapnya. Hanya cerita
dari pemilik rumah yang begitu ramah melayani kami. Tak cukup rasanya
satu malam, ingin kembali lagi.
Desa tabek adalah salah satu dari 7 desa yang ada di
nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran
Gumanti, Kabupaten Solok. Menurut keterangan Novi, pemilik Homestay yang kami
tempati, Banyak wisatawan yang datang ke sini. Hari ini ada syuting Si Bolang
dari Trans 7.
Ada 30 rumah yang dijadikan homestay yang tersebar di
zona 1 sampai zona 11. Pembagian zona bertujuan agar memudahkan warga bergotong
royong. Kerja bakti di wilayah zona masing-masing. Setiap zona diberi sebuah
gerbang yang ditata indah dan kokoh. Aku berada di Zona 6, agak jauh dari
tempat pelatihan.
Pelatihan ini sungguh berkesan. Ilmu yang didapat
sangat berguna. Aku membeli dua buku imformatika. Berburu buku adalah tekadku.
Bertemu langsung dengan guru kelas empatnya
Pak Nadim Makarim, yaitu ibuk Dra. Betti Risnaleni, M.Pd. membawa kesan
tersendiri. Berharap suatu saat nanti juga bisa bertemu dengan menteri
pendidikan tersebut.
Pukul 09.45 WIB acara dimulai, pembukaan oleh protokol
melalui pengeras suara. Aku yang duduk dibagian paling belakang tidak menangkap
jelas materi yang disajikan. Kata pengantar dari Bapak Zulkisar,S.Pd.MM, lalu
Bapak Syafrudin, Camat Hiliran Gumanti. Bapak Edy S Mulyanta dari Penerbit Andi
Yokyakarta. Bapak Adrian Mahmud dari EPSON Indonesia. Semua kusimak dengan
seksama walaupun sulit sekali dan kedengaran samar.
Bapak Wijaya Kusuma yang lebih akrab dipanggil Om Jay
juga memberikan ilmu yang sangat berarti. Materi tentang “Peningkatan
Keterampilan Menulis Siswa Melalui pembuatan Fiksi dan Non Fiksi.” Memuat cara
memasarkan buku, 5 k mempengaruhi dunia dan 4 kekuatan manusia, menjadi materi
pokok. Tanpa mengantuk dan tak menyadari kalau ternyata waktu istirahat makan
siang dan shalat Zuhur sudah
menghampiri. Kami tak ingin beranjak dari tempat duduk.
Subuh
hari kedua, aku bangun dan mandi dengan air yang sangat dingin seperti keluar
dari lemari es. Rasanya sejuk menyegarkan. Diluar masih turun hujan. Rencana
kami ingin jalan-jalan tapi tidak bisa karena khawatir basah. Akhirnya kami
naik mobil sambil menikmati pemandangan yang sebentar akan menjadi kenangan.
Sebelum
acara dimulai, aku sarapan pagi di warung. Nasi goreng panas dengan ditaburi
bawang goreng asli, terasa nikmat mengisi perut yang keroncongan dengan cuaca
dingin.
Acara
demi acara berlansung hikmad. Waktu seolah bergulir cepat. Tak terasa acara
akan berakhir. Harus terjadi perpisahan dengan tempat ini. Rasanya aku tak
ingin pulang, tapi dua putriku yang salah satunya masih balita menungguku.
Apalagi ayahnya ( he…he—he..). Terukir kenangan yang menuntut nurani kembali.
Kapan ada acara seperti ini lagi ?
TENTANG
PENULIS
|
Perempuan
bernama lengkap SYAFRINA, S.PD.SD Lahir di Nagari Labuah Panjang, Kecamatan X
Koto Diatas, Kabupaten Solok, pada tanggal 14 Mei 1978. Ia
merupakan alumni di DII PGSD STAI
SOLOK 2005, dan menamatkan SI di UNIVERSITAS TERBUKA 2013 jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. |
Guru
yang aktif dalam organisasi kepemudaan di kampungnya, mengabdikan diri menjadi Guru di SDN 21 Labuah Panjang mulai Tahun 2000
sampai sekarang. Perempuan
yang hobi menulis sejak kecil ini, diberi kesempatan untuk menyalurkan bakat
menulisnya sehingga dalam jangka dua bulan telah berhasil menerbitkan 3 buah
buku yang berjudul “Tepian Mimpi,” “Terbongkar!!! Kiat Menjadi Orang Sukses.”
Dan “Cinta Sejati Untuk Suamiku.” Ia bisa dihuhungi melalui sms/wa
085374273628 atau di syafrina210@gmail.com |
7 Komentar
Semoga bisa kembali ke talang babungo
BalasHapuswaah pengalaman yang sangat berarti y buk na.... semangat ibu💪💪😊
BalasHapusWah, saya turut merasakan dinginnya cuaca di Talang Babungo ketika membaca tulisan Ibu. Kereeen sekali!!!
BalasHapusmantab sekali.. mengingatkan kembali kenangan saya di Talang Babungo.. tidur sekamar dengan oom Jay.. dan pak Alm Dian Kelana.... Jalan-jalan bersama bu Betty dan bu Melni....
BalasHapusWaah kereen sekali bundaa, baru sebagai penulis sudah mampu berkarya buku solo MasyaAllah lanjutkaaan perjuangannya 😊
BalasHapusIndah sekaliwajah desaku di talang babungo.
BalasHapusMantul bu tulisannya, hebat sdh menerbitkan buku solo.
BalasHapusBerkomentarlah dengan bijak